Kamis, 28 Januari 2021

Mendaki Gunung Ungaran Part II

Di Puncak Bersama Danar Didik

Akhir tahun 2011 kala itu adalah menjadi tahun kebangkitan saya untuk mendaki gunung, diawali mendaki Gunung Muria pada malam 1 Syuro waktu itu, dan dilanjutkan dengan pendakian Gunung Ungaran pada malam tahun baru 2012. Kami satu rombongan dari berbagai kelompok kala itu antara lain, Kelompok Pengajian Rutin, Kelompok Bimbel serta beberapa rekan teman-teman dari Pemuda Muhammadiyah yang menjadi petunjuk jalan waktu itu. Saya sendiri sudah pernah naik Gunung Ungaran pertama pada tahun 2009 nan dan kami lewat Gedong Songo, namun karena belum tahu jalur akhirnya kamipun hanya sampai di pertengahan jalan, dan paginya kami kembali lagi ke Candi Gedong Songo.

Singkat cerita kami mengemas segala perbekalan kami dan pendakian kali itu adalah pendakian yang sebenarnya menguntungkan karena segala bentuk pendakian adalah mendapat sponsor dari beberapa AUM dengan misi mengibarkan benderan Pemuda Muhammadiyah di Gunung Ungaran serta giat bersih-bersih di jalur pendakian. Kami berangkat dengan menyewa mobil dan kami merencakan naik Gunung Ungaran melalui basecamp Mawar dan turun di Candi Gedong Songo. Kami diturunkan di gang masuk Umbul Sidomukti, kemudian kami berjalan menuju Basecamp Mawar dengan berjalan kurang lebih 2 km. Kami akhirnya memulai pendakian setelah sholat duhur dimana kala itu hujan gerimis mulai mengguyur, maklum bulan Desember dan malam tahun baru, pasti identik dengan hujan. 

Karena yang pengalaman mendaki hanya beberapa orang saja, akhirnya rombongan dibagi menjadi beberapa kelompok, kelompok pertama mereka-mereka yang membawa tenda (pramuka) untuk bisa bergerak lebih cepat dan berencana mendirikan di puncak kala itu. Dari beberapa kelompok kelompok saya ada satu anak kelas 2 SMP yang baru kali pertama naik gunung, karena mabuk gunung, akhirnya kami harus menunggu anak itu benar-benar pulih kekuatannya dan menumpang berteduh di rumah penjaga kebun kopi di dekat kolam renang. Danar Didik namanya dengan sisa-sisa tenaga kami berusaha untuk melangkahkan kaki dengan beban tasnya dibawakan oleh temen rombongan kami.

Rasanya ini adalah perjalanan yang sangat melelahkan buat saya dan rombongan yang benar-benar belum tahu jalur pendakian Gunung Ungaran seperti apa meski beberapa kali mendapat bonus setelah kebun kopi dan perkebunan teh yang membuat sangat kagum waktu itu. Karena dibalik rimbanya hutan sepanjang jalan ada kebun teh yang terhampar hijau yang sangat menyejukkan mata.

Perjalanan kami lanjutkan dan sesekali berhenti untuk istirahat dimana jalur kala itu masih sangat rimbun dengan alang-alang yang tinggi dan perdu-perdu lain yang bisa dibuat untuk pegangan. Akhirnya kami sampai di puncak setelah adzan maghrib dan bisa dibayangkan untuk naik gunung Ungaran kami membutuhkan waktu hampir 7 jam, buat saya itu adalah rekor terlama kala itu. Kami mendirikan tenda kami sebelah timur sebelum puncak dimana dari sisi timur itu kami bisa melihat indahnya Rawapening dan kota Ungaran sekitarnya. Di sebelah utara kami bisa menikmati pemadangan kebun teh yang terhampar hijau dan itu sangat amazing. Oh ya satu-satunya pendaki wanita dirombongan kami adalah bernama Yahzu Keizi, merupakan siswa bimbel kami di GO yang berasal dari Papua Irian Jaya. Meskipun terlihat wanita berbobot namun dia tangguh untuk mencapai di puncak Gunung Ungaran.

Dari Kiri, Pak Slamet Supriyadi, Yahzu Keizi, yang merah lupa namanya

Dipuncak inilah akhirnya kami berkenalan dengan pendaki lain yaitu Rohyadi dan Ling-Ling (Linggar) yang kala itu mereka masih duduk di bangku SMK kelas sebelas. Saya sendiri banyak sekali belajar dari mereka yang sudah beberapa kali naik gunung Ungaran. Kami menghabiskan malam tahun baru kala itu dengan membakar jagung serta membuat api unggun untuk menghilangkan rasa dingin kala itu. Sampai akhirnya pagi menjelang kami mengabadikan momen-momen untuk kenang-kenangan dan saling tukar nomor HP mungkin suatu saat akan bisa naik gunung bersama.

Pukul 08:00 kamipun berkemas dan memutuskan untuk turun lewat Candi Gedong Songo dan say good bye dengan Rohyadi dan Linggar dengah harapan akan bertemu dilain waktu nanti. Perjalanan turun tak seindah yang kami bayangkan ternyata jalannya tidak jauh berbeda dengan saat pendakian sampai sampai tenda yang kami bawa karena saking beratnya terkena air hujan sering kami glundungkan yang akhirnya karena semakin kotor kena tanah semakin berat pula untuk dibawa.

Sesampai di Gedong Songo banyak sekali para pengunjung yang melihat kami dengan tatapan yang sedikit sadis, mungkin karena melihat kami yang tergopoh-gopoh dan kotor sekali seperti pulang dari sawah, tapi buat saya NONSENSE yang penting buat kami adalah selamat semuanya.

Bergegas kami membersihkan diri dan segera memesan makan untuk makan siang pada waktu itu. Setelah selesai makan siang kami pun bergegas untuk pulang dan bus kamipun sudah menunggu, bersama turunnya hujan yang lebat kala itu, kami mengucapkan syukur semua terbayar meski dengan kelelahan kami. Terimkasih kepada komandan kami saat itu yaitu Pak Slamet Supriyadi, Mas Nugroho dan rekan-rekan lain yang tergabung dan bisa menjadi cerita untuk kita kenang bersama.

Gunung Ungaran 01-01-2012

Comments


EmoticonEmoticon