Minggu, 26 Juni 2022

Pendakian Gunung Sumbing Via Dukuh Seman Temanggung

 

Basecamp Dukuh Seman


Mendengar kata Dukuh Seman Temanggung adalah asing bagi saya, apalagi untuk sebuah pendakian gunung Sumbing karena sejauh ini yang saya tahu jalur-jalur seperti Garung, Kaliangkrik, Banaran dan Bowongso. Bermula dari sinilah rasa penasaran untuk mencoba jalur pendakian Gunung Sumbing via Dukuh Seman Temanggun. 

Merencakan untuk pergi ke sana akhirnya saya mendapatkan seorang teman yang memang tinggal di Temanggung dan mengetahui basecampnya. Namanya adalah Alfandi yang masih berstatus sebagai seorang pelajar SMK Negeri di Kota Temanggung. Diawali kami berkomunikasi di WhatsApp kemudian pada hari H nya kami bertemu di Masjid Agung Temanggung di dekat Alun-Alun kota Temanggung. Setelah sholat Duhur yang kami jamak dengan sholat Ashar kami mencari toko buat membeli logistik sebagai keperluan pendakian.  

Jarak dari kota Temanggung ke Dukuh Seman cukup jauh kurang lebih 15 km bisa ditempuh dari pertigaan sebelum Parakan belok kiri. Jalan sudah halus dan beraspal namun ada beberapa bagian yang mulai rusak. Namun tidak menyurutkan niat kami untuk mencoba jalur pendakian tersebut. Sesampai di Basecamp Bimawari yang beralamat Dukuh Seman, Wonosari, Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah ini memiliki ketinggian kurang lebih 1386 MDPL. Basecamp ini merupakan sebuah balai desa yang dimanfaatkan untuk kepentingan berpariwisata. Di sekitar basecamp pemandangan juga bagus sehingga tidak jarang pula banyak wisatawan yang datang dari luar kota mengunjungi tempat ini. Tersedia sebuah cafe di sebelah kirinya dan menyajikan masakan dan minuman khas Temanggung. Tersedia pula satu kamar untuk menginap jika dalam kondisi mendesak karena alasan tertentu. Kamar mandi dan toilet cukup bersih dan tersedia masjid untuk untuk umat muslim yang hendak bersholat. 

Setelah selesai berkemas kemudian kami memutuskan untuk mengojek untuk sampai pintu gerbang pendakian. Menggunakan jasa ojek dengan harga 25K sangat pas untuk bisa memangkas waktu kurang lebih 1 - 2 jam jika kita berjalan. Jalan yang sudah berbeton membuat laju ojek cukup cepat dan sekitar beberapa ratus meter jalan mulai berbatu dan cukup tinggi tanjakannya membuat laju motor melambat. Di sepanjang jalur ini adalah ladang para petani sayur mayur yang sangat subur namun sudah minim dengan pohon-pohon peneduh yang artinya tingkat kekuatan tanah juga bisa labil jika tidak dicakar oleh akar-akar tumbuhan besar dan bisa saja rentan dengan longsor yang mengintai warganya.

Kurang lebih 15 menit kami sampai di pintu gerbang dan perjalanan mendakipun siap di mulai. Berdoa sebelum perjalanan kami lantunkan untuk kemudian mulai menyapa tumbuhan di sepanjang jalur pendakian dengan langkah kami. Tujuan pertama kami adalah menuju Pos 1 yang bisa kami tempuh kurang lebih 5 menit. Jalur menuju ke pos 1 ini masih nyaman dan landai. Di bawah rumbunnya hutan cemara membuat nafas kita lebih segar dengan bau aromatik dari daun cemara. Kami memutuskan untuk tidak beristirahat hanya sekedar melintas dan melanjutkan pejalanan menuju ke Rest Area Sicindai. 

Rest Area Sicindai ini berada pada ketinggian 1.646 MDPL yang bisa ditempuh dengan jarak waktu 40 menit. Keluar dari hutan cemara kami mulai disambut perdu-perdu yang tinggi dan kokoh di sepanjang jalur sesekali jalan dibuat zigzag untuk membuat pendaki mudah untuk melangkahkan kakinya. Terkadang dalam perjalanan juga menemui penghuni hutan yang menyapa dari kejauhan dengan suara-suara khasnya. Jalan terasa menyenangkan saat oksigen hutan ini bersahabat pada siang hari, tentu akan berbeda pula jika pendakian malam hari tentu nafas akan terasa sesak karena harus berbagi oksigen dengan lebatnya hutan gunung Sumbing ini.

Menuju Pos 2 dibutuhkan waktu kurang lebih 30 menit dengan medan yang mulai menyapa dengan terjalnya dan itu akan membutuhkan tenaga yang sangat extra di setiap tanjakannya. Pos 2 ini berada pada elevasi 1.800 MDPL. Dari Pos 2 ke Pos Simpang Curug kurang lebih 15 menit, dan di sini para pendaki bisa berhenti sejenak dan bisa mengisi air untuk bekal selanjutnya. Medan masih sama dengan sebelumnya menanjak.



Pos Simpang Curug dilanjutkan ke Pos 3 dengan ketinggal 1943 MDPL dengan waktu yang cukup lama kurang lebih 90 menit. Ada shelter yang dibangun di Pos 3 ini dan di sebelahnya terdapat tandan air jika dalam keadaan darurat bisa dimanfaatkan. Karena airnya tidak terlalu bersih dan bercampur dengan daun-daun kering yang berjatuhan. Di sekitar area ini hanya tidak lebar berada di kemiringan jadi tidak disaranakan untuk membangun tenda di sekitar ini. Akan lebih aman jika mendirikan tenda di camp Anggrek

Singkat cerita akhirnya kami pun sampai di camp Anggrek. Cukup luas tempat camp ini sebelum Pos 3, selain masih ada vegetasi tempat ini juga terlindung dari tebing yang cukup tinggi, sehingga jika ada badai tidak terlalu terasa.

Pagi harinya pukul 4 dini hari kami summit dengan bekal yang kami punya, hingga sebelum pos 4 kami di suguhkan pemandangan yang sangat menakjubkan kota temanggung dan sekitarnya. Kami sempatkan untuk sholat subuh sebelum akhirnya kami lanjutkan perjalanan. Pagi itu udara cukup dingin dan angin kencang yang menerpa kami seolah menemani perjalanan kami menuju puncak gunung Sumbing. 

Di sabana yang sangat luas mentari pagi itu enggan muncul karena di selimuti kabut yang cukup tebal di setengah nya gunung Sumbing. Namun kami tetap lakukan perjalanan itu hingga akhirnya kami sampai di pasir putih kawah gunung Sumbing pukul 07:00. Saya sendiri memutuskan untuk berhenti di situ dan tidak melanjutkannya ke puncak, mengingat puncak Rajawali masih terlalu jauh dan saya sendiri pernah menjangkaunya. 



Setelah istirahat sejenak dan sarapan akhirnya kamipun pulang ke tenda , siangnya kami melanjutkan perjalanan turun dan kami sampai basecamp pada pukul 2 siangnya. Perjalanan yang mengesankan meski sesaat namun kenangan itu akan tetap menjadi sebuah pengalaman untuk bisa di ceritakan ke teman atau ke keluarga dan anak di suatu saat nanti.

Comments


EmoticonEmoticon