Selasa, 30 Maret 2021

Piknik di Gunung Andong Bersama SMA Muhammadiyah I Demak

Tidak terlintas sebelumnya dalam benak saya dan teman-teman saat sekolah kami memiliki kesempatan untuk mengadakan kegiatan rutin dua tahunan sekali. Biasanya sekolah kami mengadakan piknik di tempat wahana permainan selera anak-anak muda jaman sekarang dan diakhiri dengan belanja kesukaan anak muda di tempat-tempat yang menjajakan makanan khas suatu daerah saat pulang dari tempat wisata tersebut. 

Namun kali ini tiba-tiba kepala sekolah memanggil saya untuk menghadap di ruang kerja beliau. Saya hanya mengira urusan kegiatan PPDB di sekolah kami. Namun ternyata jauh diluar perkiraan saya yang ditanyakan kepada saya. Beliau bilang kepada saya, Mr jika kegiatan rutin dua tahun sekali sekolah kita diadakan tazabur alam bagaimana??

Tapppppp... pikiran saya seperti gayung bersambut saja hehehe. Mungkin juga karena kepala sekolah kami, melihat saya suka mbolang dan akhirnya meminta saya untuk mengurus segala keperluan tersebut. Dipilihlah Gunung Andong yang sangat ramah untuk mereka para pemula dengan medan yang tidak begitu terjal serta jarak tempuh yang tidak terlalu lama.

Setelah fix dengan hari yang ditentukan, saya awali dengan survei lokasi tempat yang pas untuk dijadikan tempat mendirikan tenda nantinya. Terpilihlah puncak makam Joko Pekik yang sedikit berlembah dan lebih nyaman dan aman jika terjadi badai saat sudah mendirikan tenda. Singkat cerita di lokasi tersebut sudah tersedia toilet dan ada lapangan yang cukup luas untuk sekedar dibuat arena bermain. Lokasi yang dibuat berundak untuk mendirikan tenda membuat view yang cantik dengan latar belakang Puncak Alap-Alap yang terlihat pula Gunung Telomoyo di baliknya. Selain itu saya pun berkoordinasi dengan pihak basecamp Andong (Bapak Aji) di basecamp bambu yang berdekatan dengan masjid serta memiliki halaman parkir yang cukup luas.

Di hari H keberangkatan perjalanan kami mulai dari kota Demak pukul 08:00 dan sampai di basecamp pada pukul 10:30 dengan mengendarai bus mini dua buah. Sesampai di lokasi kami istirahat sebentar dan beberapa menit kemudian kami melakukan kegiatan Pelantikan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dan pelantikan Hisbul Wathan (HW) di halaman basecamp. Hanya 45 menit kegiatan itu akhirnya diakhiri dengan doa penutup dan setelahnya bergegas sholat dhuhur yang dijamak dengan sholat ashar berjamaah di masjid. Makan siang sudah disiapkan dari Demak oleh panitia dan dibagikan kepada murid-murid dan kitapun makan siang bersama. Dari raut wajah anak-anak sebenarnya sudah tidak sabar untuk segera naik dengan mereka yang sering keluar masuk dan memandang Gunung Andong di belakang basecamp Bambu mas Aji. 

Pelantikan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM)

Pelantikan Hisbul Wathan (HW)

Sebelum keberangkatan naik tetaplah koordinasi dengan basecamp serta membayar tiket dan menyewa beberapa perlengkapan yang dibutuhkan oleh siswa dan guru pendamping yang terdiri dari 20 siswa serta 9 guru pendamping dan 4 anak kecil yang ikut perjalanan kami. Dalam kegiatan awal adalah kami meminta pihak basecamp untuk memberikan pengarahan kepada siswa-siswi kami serta pembagian jatah masing-masing untuk makan malam, snack, perlengkapan untuk camp yang dibawa masing sehingga semua merasakan termasuk bapak ibu guru pendamping juga mendapat jatah yang sama.

Pukul 14:00 perjalanan kami mulai dari basecamp. Untuk saya sendiri alhamdulillah anak kecilku sudah tidur siang, jadi saya rasa aman dan tidak akan rewel di perjalanan. Semangat yang menggebeu untuk merasakan sensasi anak tangga menuju pos satu akan mereka rasakan. Saya sendiri karena harus mengurus beberapa administrasi akhirnya saya berangkat paling belakang. Kami pun menyusul dan saya sendiri membiarkan anakku yang berusia 4 tahun juga jalan sendiri, untuk dia adalah yang kedua kalinya naik gunung Andong.

Perjalanan kami disambut dengan kabut tipis yang menerpa dingin di kulit kami yang membuat kami meskipun berkeringat terasa dingin. Semilir angin yang sejuk yang mungkin bagi anak-anak kami jarang dirasakan di kota panas seperti lokasi sekolah kami, seakan membuat mereka tetap bersemangat untuk tetap melanjutkan perjalanan. Terutama anak-anak laki-laki yang seakan berlomba untuk segera sampai di puncaknya. Namun karena kebersamaanlah yang membuat kami tidak serta merta bergegas untuk siapa yang paling dulu sampai di lokasi. 

Setelah pos 2 dengan medan yang cukup menguras energi, beberapa siswa terutama yang perempuan sudah mulai goyah dengan setiap bawaannya yang akhirnya tetap teman-teman dan guru pendamping yang memback up mereka. Jujur saja hampir semua siswa ini adalah kali pertamanya naik gunung dan termasuk beberapa guru putri, meskipun mereka terbiasa ngecamp tetaplah berbeda dengan naik gunung yang memang membutuhkan tenaga ekstra terutama yang membawa anak kecil seperti saya dan bu Ria yang memang anak kami seusia. 

Satu demi satu pos kami lalui hingga kami sampai di Pos 3 Watu Wayang, di sana kami istirahat cukup lama, dan sambil menikmati jajanan yang dibelikan pak ustad tadi hehehe. Semilir angin dingin dan kabut tipis membuat anak-anak kami semakin betah dan sesekali memandang Gunung Merbabu dan Merapi di sebelah Selatan serta Gunung Sumbing Sindoro di sebelah Barat. Tidak lupa cekrak cekrek untuk mengabadikan momen yang sangat berharga buat mereka. Ada pula yang merekam yang nantinya akan menjadikan kenangan tersendiri buat mereka.

Pos III Watu Wayang Dengan Latar Belakang Gunung Merbabu Merapi

Tidak lama kemudian kamipun melanjutkan perjalan menuju lokasi yang sudah saya tentukan untuk mendirikan tenda. Kurang lebih seperempat jam, akhirnya kami sampai di tempat tujuan tepatnya pukul 15:30 WIB. Berteriak dengan keras adalah cara mengekspresikan luapan bahagia mereka ketika sampai di lokasi. Tidak berhenti begitu saja, pada saat itu anak laki-laki yang sudah terkelompok dan sebelumnya sudah saya ajarkan untuk membangun tenda, dengan sigap mereka langsung mendirikan tenda dengan tetap jaga jarak sebagai penerapan protokol kesehatan di musim pandemi ini. 

Ada kejadian lucu yang menurut saya, dengan pembagian tenda kepada anak-anak dan salah satunya ada tenda saya yang biasa kami gunakan tidur di rumah malam minggu bersama anak kecilku yang akan di pakai ustad Firqi akhirnya dilihat anakku. Sementara saya sendiri sudah mendirikan tenda yang memang anakku belum pernah lihat sebelumnya. Al hasil anakku nangis dan nangis tendanya tidak boleh dipakai orang lain dan dia ingin tidurnya pakai tenda itu. Beberapa kali aku membujuk dan memberikan pengertian kepadanya, tetaplah pendirian yang kuat untuk si oik. Kekeh untuk memakai tenda tersebut. Mengalahlah aku akhirnya daripada nanti dia tetap ngambeg. Kemudian tenda aku pindah sejajar dengan tenda yang aku bangun sebelumnya. Demi kenyamanan dan tidak bocor jika terjadi hujan aku pasang flysheet yang cukup lebar dan cukup nyaman. Baru diam anakku hehehehe....

Sementara yang perempuan sambil menunggu tenda terbangun mereka asik mengabadikan moment, yang mana pada sore itu cuaca sangat cerah. Kabut tipis yang tadi berhembus sirna membuat mereka berlomba-lomba untuk mengabadikan momen yang tepat. Anak-anak kecil juga berlarian kesana kemari tanpa rasa takut sedikitpun. Saya sendiri juga tidak terlalu khawatir terhadap anak saya yang naik turun dan terpantau dari jarak pandang saya. 

Menjelang sholat Maghrib dari masing-masing guru pendamping mendampingi anak-anak untuk melaksanakan kegiatan yang sesuai dengan Roundown acara yaitu sholat jamaah dan dilanjutkan baca al qur'an bersama untuk surat-surat pendek. Adapun yang laki-laki di dampingi Ustad Firqi dan yang perempuan mereka mandiri dan didampingi guru-guru karena yang awalnya ustazah akan ikut namun berhalangan dengan kegiatan kampusnya. Selepas kegiatan selesai mereka makan malam dan mereka dengan kegiatan masing-masing. 

Puncak Makam Joko Pekik, Lokasi Tempat Mendirikan Tenda

Untuk saya sendiri karena capek ternyata anakku tidur lebih awal, aku hanya berjalan di sekitar tenda sambil mengawasi anak-anak. Ada yang naik ke puncak Jiwo dengan alasan sambil mengecas HP lah atau apalah, yang kami ia kan saja. Kami percaya mereka tidak akan macam-macam di sana. Pun di sana ada mas Adi (Dobleh) yang sengaja diutus basecamp untuk ikut mengawasi anak-anak kami. Pada akhirnya kamipun asik dan menikmati malam itu dengan kegiatan kami masing-masing. Kira-kira pukul 10 malam hujan rintik mulai turun dan kamipun memasuki tenda kami masing-masing untuk. 

Subuh hari kami dibangunkan oleh alarm yang berbunyi yang sudah di setting sebelumnya. Sholat shubuh berjamaah oleh santri santri. Karena saya antri dan saya sholat sendirian. Diakhir salam terdengarlah anakku menangis, usai salam saya lari menuju tenda dan mendapati anakku sudah terbangun sambil sesenggukan yang saya tinggal sendirian. Hehehehe. Aku dekap dan kuusap air matanya untuk memberikan rasa aman dan nyaman. Tidak beberapa lama kemudian kamipun keluar tenda untuk menikmati udara pagi itu yang masih tetap berkabut sisa badai semalam. 

Menjelang Sun Rise kamipun bergegas ke puncak gunung Andong yang biasa disebut dengan Andong Peak dan menikmati pemandangan yang di sekitar gunung Andong. Ladang yang berkelok-kelok menambah cantik dengan kabut tipisnya. Meski mentari pagi itu tidak nampak tetaplah kami senang bisa menapakkan kaki-kaki kami di puncak tertinggi gunung Andong ini. Mentari yang tak kunjung nampak membuat kami kembali camp area.

Makan pagi dengan menu alakadarnya yang dibawa anak-anak, mereka mencoba dan memasak sendiri. Ada yang bawa mie instan, energen, minuman penghangat dan lain sebagainya. Saya sendiri membuat nasi goreng ala-ala yang dicampur dengan daging burung yang cukup mantap rasanya. Karena membuat porsi banyak , aku bagi-bagikan ke guru lain dan siswa yang rata-rata sedang semego (sedang lahab-lahabnya makan) jadi keingat masa muda dulu ya hehehehe.

Sarapan usai, untuk menghilangkan rasa dingin kamipun diajak guru olah raga untuk bermain di depan warung air dengan beberapa permainan antaralain, menyanyikan lagu "Sedang Apa" saling bersahutan dengan tim laki-laki dan perempuan dan yang kalah adalah skotjam lima kali. Kedudukan seimbang antara mereka dan sama-sama mendapatkan hukuman sekali. Kemudian dilanjtukan permainan ambil botol yang start awalnya lari dengan berjongkok baik putra ataupun putri. Permainan terkahir adalah permainan tradisional Ulo-Ulo Cabe. Saya merasa ini menjadikan pengalaman yang tak terlupakan buat mereka dan alhasil dari permainan itu adalah tetap kami merasakan sebuah kehangatan diantara perdu-perdu kecil yang terambing oleh angin sepoi-sepoi gunung Andong. 

Suasana Pagi Hari di Camp Area

Anak-Anak Kecil Tangguh

Berkemas kurang lebih setengah jam, pukul 09:00 kami berpamitan sama simbah Tumar sang Penunggu Gunung Andong yang ternyata beliau sudah berusia 80 tahun dan beliaulah yang membuat jalan pendakian dari tahun 1980 an lalu. Tidak lupa sampah-sampah kami bersihkan untuk dibawa turun supaya kebersihan tetap terjaga. Ingat pepatah gunung yang banyak sekali di ucapkan oleh mereka para pecinta alam yakni

"Janganlah kau bunuh sesuatu kecuali Waktu"
"Janganlah kau tinggalkan sesuatu kecuali Jejakmu"

"dan janganlah kau petik sesuatu kecuali Gambar dengan kameramu"

Simbah Tumar

Keceriaan yang terpancar pagi itu dan sampailah kami sampai di basecamp pukul 10:20. Belum juga menempatkan pantat kami, tiba-tiba salah satu anak kelas 12 mendekati saya mengusulkan nanti perpisahan anak kelas 12 di gunung saja ya mister. Ampunnnn ampuuun... akhirnya terkontaminasi juga itu bocah yang awalnya berfikir negatif untuk sebuah pendakian. Heheheheee..... semoga keinginannya tersapaikan nanti, aamiiin.

Comments


EmoticonEmoticon