Jumat, 19 Maret 2021

Tips Sederhana Mengenalkan Anak Dengan Alam

Mengenalkan anak anak saya kepada alam sebenarnya sudah menjadi keinginan lama sekali. Namun karena berbagai pertimbangan akhirnya mendapatkan momen yang pas untuk mengenalkan anak-anakku ke alam. Sebenarnya setiap saya mudik ke tempat mbah kakung saya selalu menyempatkan untuk pergi ke sawah atau ladang, tujuan saya agar mereka terbiasa di alam yang jauh dari keramaian kota yang isinya dengan bangunan-bangunan dan tumbuh-tubuhan yang mulai jarang. 

Sebelum saya mengenalkan anak-anak ke alam, khususnya ke dunia pendakian gunung saya selalu membawa boneka yang saya jadikan mimpi untuk suatu saat nanti bisa membawanya untuk menikmati dan mensyukuri apa yang telah Allah berikan kepada kami.

Kesempatan itu akhirnya datang juga untuk anak ke dua ku. Namanya Ahmad Thoriq Arridwan yang saat ini berusia mau empat tahun. Sebelum keberangkatan terlebih dahulu saya terlebih dulu bercerita tentang rencana untuk nai gunung kepada si Oik. Dari ekpresinya memang semangat sekali, selain itu saya sendiri selalu mengajak si Oik nonton beberapa video tentang pendakian. 

Kesempatan itu saya dapatkan saya keponakan saya dari Jakarta pulang kampung untuk mengadakan penelitian di tempat alumni sekolah SMA nya dulu. Selain itu dia juga mengerjakan ujian TOEIC untuk keperluan kelulusan di Kampusnya. Dalam hati saya bilang kurang ajjaar ini bocah, giliran ada test bahasa Inggris selalu mendakati omnya untuk bantu mengerjakan. Aku sihhh enjoy enjoy saja sebenarnya, itung-itung aku sendiri juga mengetes kemampuan saya juga hehehe. Alhasil score dari TOEIC keponakan saya memang di atas rata-rata karena standar yang harus didapat scorenya minimal 200 baru bisa mencetak sertifikat, namun ini melebihi apa yang di standarkan. Senengnya yaaa bukan main meskipun hasil dari omnya hehehee. Akhirnya saya ditanya mau minta hadiah apa om, hwaduh ditanya seperti itu, wahhh kesempatan ini aku minta naik gunung saja yang pas dan tidak tinggi-tinggi buat anakku. Gunung Andong jawabku seketika itu, sekalian dia juga belum pernah naik ke sana juga. 

Tepat hari Minggu pagi, perjalanan kamipun dimulai berangkat dari rumah pukul 07:30, dengan semangat pagi yang cukup cerah saya melajukan motor ke arah Salatiga. Namun baru beberapa kilometer anakku sudah terpulaskan oleh hawa semilir di atas motor hingga menjelang kota Salatiga, tepatnya di kota Bawen. Kami mampir ke Indomaret untuk membeli keperluan pendakian sekaligus minum untuk menyeka tenggorokan yang mulai kehausan. Beberapa menit kemudian kami lanjutkan perjalanan kami menuju ke Gunung Andong dan kami memilih basecamp Sawit yang jalurnya memang ramah dan tidak terlalu terjal. 

Oh ya tidak lupa dalam perjalanan kali ini saya bawakan mainan kesukaan anakku yaitu Helikopter mini putih yang aku beli saat dia umur 2 tahunan. Singkat cerita setelah registrasi dengan membayar Rp 40.000 untuk dua orang kamipun memulai perjalanan kami pada pukul 09:30. Si Oik pun berjalan dengan semangatnya. Karena hari Minggu pada saat naik kamipun berpapasan dengan para pendaki lain yang sedang turun. Melihat semangatnya anak saya yang berjalan sendiri tidak jarang banyak yang memberi semangat dan TOS persahabatan dan itu membuat si Oik semakin semangat untuk berjalan. 

Menuju Pos I 

Pos satu Watu Pocong pun dilewati dan beberapa kali kami istirahat untuk minum dan mengabadikan momen tersebut. Mendekati Pos dua, karena banyak yang istirahat kamipun melanjutkan perjalanan ditengah-tengah rimbunnya perdu-perdu di sepanjang jalur pendakian. Sesekali istirahat dan memandang gunung Merbabu yang menjulang tinggi di belakang kami. Sawah yang berkelok-kelok di bawah juga menambah asri pemandangan di sekitar Gunung Andong yang memiliki ketinggian 1726 ini. Pada jalan berikutnya sudah terlihat kecapekan dan akupun menggendong si Oik hingga Pos 3 Wayangan. Cukup lama kami istirahat di pos ini, selain menjadi spot yang bagus tempat ini juga ada shelter untuk rebahan yang sangat nyaman sambil menikmati cemilan yang kami bawa.

 
Pos III Wayangan

Melanjutkan perjalanan selanjutnya, si Oik masih minta gendong dan karena memang masih anak-anak hehehe. Jalan datar yang kemudian kami dapati akhirnya saya berikan pengertian ke anakku untuk berjalan sendir. Sembari saya gandeng dan berjalan pelan-pelan anakkupun mulai melangkahkan kakinya lagi. Sampai di pertigaan puncak Makam ki Joko Pekik, kami bertemu dengan keluarga yang juga membawa anak kecil yang seusia hanya terpaut beberapa bulan. Ehh lucunya si anak pengen ngajak naik lagi bareng sama anakku sampai mau menangis hehehe. 

Kamipun bergegas setengah lari untuk menuju ke Puncak Jiwo yang mulai sepi dari para pendaki, hanya beberapa orang yang masih bertahan dengan tendanya, itupun mereka sudah siap siap untuk turun. Kamipun singgah di warung yang berada di Puncak Jiwo dan memesan minuman untuk menemani camilan roti yang kami bawa. Si Oik asik dengan mainan serta makan coklat kinderjoy yang dibelinya di Indomaret tadi. Rasa penasaran dengan isinya kemudian di bukalah coklat dan mainannya, setelah rasa penasaran hilang dan rasa yang kurang cocok akhirnya sayalah yang menghabiskannya.

Seperempat jam kami berada di warung dan kami melanjutkan ke puncak Andong Peak dan mengabadikan momen. Kabut tipis yang sejuk seakan menyambut kami di Andong Peak dengan latar belakang gunung Merbabu yang gagah, gunung Ungaran yang terlihat malu-malu serta samar-samar gunung Sindoro dan Sumbing. Di sebelah timur Gunung Telomoyo sudah mulai tertutup kabut saat itu. 

Andong Peak 1726 MDPL, Anaknya tau mau di foto hahahah


Giliran ini di curi-curi untuk di foto bersama mainannya

Kami memutuskan untuk mengambil lintas dengan turun di Basecamp Pendem yang memang saya sendiri belum pernah melewatinya. Naik ke Puncak Alap-Alap terlihat mata anakku sudah redup yang bertanda dia sudah mulai mengantuk, karena memang sudah mendekati pukul 12:00 siang saat jam tidurnya. Dan sejurus kemudian pundakulah yang menjadi taruhannya sepanjang turun di jalur Pendem ini. Lebih terjal dibanding dengan jalur Sawit dan sedikit memutar yang menuruni bukit dan hutan pinus. Sampai di Pos 1 Pendem mendung mulai menggelantung dan kamipun mempercepat langkah kami agar segera sampai di basecamp Pendem. 

Watu Topo jika tidak salah namanya

Sampai Bawah Minta Gendong Terusss

Mendekati pintu gerbang Basecamp Pendempun gerimis sudah turun, namun kami sempat mengabadikan momen di sini sebelum kami singgah di warung. Beruntung ada tukang ojek yang akhirnya mengantarkan kami ke basecamp Sawit, namun karena uang kami yang waktu itu tidak ada kembalian akhirnya beliau mengkikhlaskan dan gratis untuk kami. 

Aku sudah bawa Anak, jadi aman untuk foto disini hehehehehe

Sesampai di basecamp saya pun memesan makanan buat makan siang kami bertiga, setelah makan dan sholat saya bermaksud untuk menidurkan anakku, namun tidak bisa tidur mungkin karena belum terbiasa dan akhirnya kami putuskan untuk segera pulang. Pukul 14:00 kami menuju kembali ke kota Demak dan baru beberapa meter dari basecamp anakku sudah terlelap hingga sampai di Semarang. Alhamdulillah perjalanan kami diberikan keselamatan dan cuaca yang cerah meskipun pada saat itu bulan yang lagi deras-derasnya hujan. Begitu sampai rumah anakku cerita sama kakak dan ibunya kalau habis naik gunung, dan ada cirikas baru saat TOS dengan tinju yang selalu dipraktekkan kepada saya sampai saat ini. Kesan yang melekat Tos Tinju adalah saat ketemu pendaki lain yang mengajak Tos di perjalanan seakan membuat anakku memiliki rasa tersendiri meskipun hanya sepintas di jalur pendakian.

Pintu Gerbang Basecamp Pendem

Tips mengajak dan mengenalkan kepada anak-anak naik gunung:

1. Carilah gunung yang tidak terlalu tinggi.

2. Bawalah teman atau keluarga lain untuk memback up membawakan barang-barang keperluan kita

3. Bawalah makanan kesukaan anak kita.

4. Bawakan mainan kesukaannya sehingga anak tidak segera bosan.

5. Jika harus camp, lengkapilan peralatan senyaman mungkin, dan untuk saya sendiri terkadang di rumah kami juga tidur di tenda untuk membiasakan anak merasakannya sebelum benar-benar merasakan di alam sesungguhnya.





Comments


EmoticonEmoticon