Minggu, 28 Mei 2023

Pendakian Gunung Penanggungan 1653 MDPL Via Tamiajeng



Dalam perjalanan kali ini ada unsur yang di sengaja dan juga tidak sengaja, dimintai tolong seseorang di Jawa Timur kemudian langsung saya ia kan dan acc.

Tidak butuh waktu lama hanya 6 jam sudah sampai ke rumah beliau, sekaligus segera menyelesaikan pekerjaan yang beliau minta, al hasil dari kota demak saya sudah sengaja membawa perlengkapan untuk pendakian jika saya berjaga-jaga jika saya di culik ke mana begitu....

Benar saja, usai pekerjaan kami tanpa babibu dan gercep untuk menyiapkan segela kebutuhan. Mulai memilih gunung mana yang akan kami tuju, mengawali keinginan ke Arjuno dan Welirang, akhirnya digagalkan faktor X yang memang harus di patuhi mengingat kondisi cuaca yang belum stabil kedua gunung tersebut ditutup untuk pendakian.

Terpilihlah gunung Penanggungan melewati basecamp Pawitra. Perjalanan dari kota Lamongan memakan waktu kurang lebih 2,5 jam dengan melewati jalan berbukit dan berkelok menjelang sampai di basecamp.

Basecamp & Pos 1

Kesan pertama saat memasuki basecamp adalah kebersihannya, terjaga dan masih asri serta tersedia berbagai fasilitas yang bisa dimanfaatkan para pendaki, seperti mushola, kantin, toilet dan disiapkan trash bag untuk membawa sampah turun setelah pendakian. Lokasi parkir yang menyebar sebenarnya tidak masalah akan tetapi kurang terlihat rapi.

Memiliki tingi 1.653 MDPL saya berfikir ini gunung yang pendek dan bisa dijangkau lebih cepat seperti Gunung Andong di Magelang yang hanya 1 jam pendakian meskipun lebih tinggi dari Penanggungan. Nyatanya sebuah tidak sesuai ekpektasi. Jalan yang datar mengingatkan saya saat mendaki Gunung Gede Pangrango via Cibodas, hampir mirip di jalur pendakian Gunung Pananggungan ini. Hutan masih rapat dari basecamp dan sesekali mencium aroma durian yang sudah masak meskit terlihat wujudnya di atas pohon yang masih menggelantung. Pikirku semoga dapat tiban duren waktu itu tapi jebulnya 0 (nol).

Saya memulai pendakian bersama mas Egy dari basecamp pukul 15:30 dimana kamu sudah sepakat untuk mendirikan tenda di Pos Bayangan untuk beristirahat dan eskonya akan melakukan summit attack. Perjalanan satu jam saya sampai di Pos 2 yang di sana ada beberapa warung yang menjajakan makanan yang cukup lengkap. Tidak heran jadi banyak para pendaki yang singgah baik pada saat naik atau turun untuk beristirahat. Kemudian aku bertanya dengan mas Egi, dimana Pos 1 nya??? Jawabannya cukup mengejutkan saya, di basecamp tadi itu pos 1 pak.... Lahhh ternyata ada ya basecamp menjadi Pos 1 Pendakian hehehehe.

Setelah pos 2 kami melanjutkan perjalanan untuk menyusuri jalan yang mulai menyempit dan setapak. Meski terkadang ada jalur-jalur baru dari para pendaki tetap saja perjalanan kali ini cukup membius saya karena setiap tanjakan ada saja cerita yang unik dan lucu-lucu.

Pos 2 

Cerita unik dan lucu itu saat kami berpapasan dengan pendaki lain dari Mojokerto, Surabaya dan sekitarnya. Saat berpapasan kami saling membagi semangat dalam bentuk support dalam perjalanan yang sudah mendekati titik jenuh. Namun ada saja gurauan yang membuat jalan kami semangat untuk tetap sampai pos bayangan untuk tempat camp kami.

Bertemulah kami dengan calon pak dokter yang masih maba, yang satu aktivis PMI dan yang satu nya sudah bekerja di salah satu perusahaan yang cukup terkenal di wilayah Mojokerto. Spil-spil candaan kami tak terasa mengantarkan kami menyusuri setiap pijakan kami ke arah yang lebih tinggi. 

Lembayung senja sedikit ragu untuk menampakkan diantara kumpulan awan yang bergumpal hitam yang akan mengguyur buminya. Di sebelah sesekali nampak gunung Arjuna dan Welirang yang sesekali tertoleh oleh pandangan kami. 

Pukul 18:00 kami sampai di pos bayangan, dan sesegera kami dirikan tenda, mimilih diantara kasur-kasur empuk dengan rumput yang tebal, rasanya lebih nyaman buat istirahat kami malam itu. Usai tenda satu kami berdiri, rintik hujan mulai membasahi dedaunan dan kamipun menyelematkan perlengkapan kami ke dalam tenda. Tidak lama satu tenda juga terbangun dan kami memasuki tenda masing-masing. Dalam perjalanan kami sudah bercanda tawa, saling meledek dan sebagainya usut punya usut kami belum berkenalan. Disitulah pecah tawa kami, sesaat kami memperkenalkan diri masing-masing. Dilanjut dengan makan malam seadanya dan secangkir teh hangat yang mengintai perut kami, rasanya sedikit menghangatkan suasana. Hujan tidak begitu lama, angin juga bersahabat malam itu. Semenjak itu kami terkulai dalam nyenyak tidur kami buat summit attack di esok hari.

Pos Bayangan sekaligus Camp Area

Usai sholat subuh kemudian saya membangunkan teman-teman untuk melanjutkan perjalanan, ke Puncak Pawitra. Memang tidak terlalu lama kurang lebih satu jam sehingga kami memulai juga pukul 5 dengan harapan dapat sun rise di sepanjang jalan. Namun itu terlalu lama untuk kami tunggu hingga kami acuh saja dengan sun risenya. Sebelum sampai di puncaknya kami mendapatkan spot yang baik untuk mengambil gambar di atas batu yang cukup besar dan kami duduk di situ sembari mengisi perut kami dengan air mineral di pundak kami.

Sesaat di puncak, kamipun berdiri diantara pendaki lain untuk mengantri mengabadikan momen di puncak Pawitra. Kota Surabaya, Sungai Berantas, Lumpur Lapindo dan beberapa kota yang lain menjadikan spot pandangan kami.

Puncak Pawitra

Usai swafoto, kami turun menuju pos bayangan. Dapat pisang untuk kami nikmati dari pedagang dan setelahnya kami membuat nasi goreng dan satu yang tidak pernah ku rasa yaitu membuat Martabak Terang Bulan. Kenyang rasanya pagi itu hingga sisa logistik bisa kami bagi-bagikan dengan pendaki lain.

Akhirnya saya dan mas Egi sampai di basecamp pukul 12 an. Rehat sebentar kami melanjutkan perjalanan ke Lamongan.

Comments


EmoticonEmoticon