Kamis, 28 Februari 2019

Merbabu Bikin Rindu Jalur Suwanting

Merbabu yang selalu bikin pendaki rindu, rindu akan eksotiknya, rindu akan jalurnya, rindu akan tanjakannya, rindu akan perosotannya, rindu akan jembatan setannya, atau mungkin rindu dengan kebersamaannya dan lain-lain. 

Merbabu adalah gunung yang memiliki ketinggian 3142 MDPL. Gunung ini sangat gemuk, sehingga rata-rata untuk pendakian bisa memakan waktu 8-10 jam untuk mencapai puncaknya. Gunung ini tersebar di beberapa kabupaten yakni, Kabupaten Semarang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Magelang dan Kota Madya Salatiga. Salah satunya adalah SUWANTING, jalur ini adalah jalur yang relatif baru sebelumnya ada jalur Cunthel, Thekelan, Selo Lama. Jalur ini menjadi ramai saat beberapa penggiat alam memosting Sabana 1, Sabana 2, Sabana 3 dan Puncak Suwanting yang menyuguhkan pemandangan yang sangat eksotik.

Merbabu Merapi diambil dari Depan Pintu Tol Salatiga

Perjalanan kami bertiga, saya Mr. Adi P (Salatiga), El Ahmed (Purwodadi) dan Arief (Sleman), sepakat naik ke Merbabu jalur Suwanting dan kami bertemu di Basecamp Suwanting. Kali pertamanya ke jalur ini, membuat kami untuk menemukan basecamp agak susah, namun semua tidak mengurungkan niat kami untuk tetap melanjutkan rencana kami. Akhinya kami bertemu di basecamp pada pukul 17:00 sore itu. Kemudian kami mengemas perlengkapan kami, dan setelah sholat Maghrib dan makan malam kami mulai perjalanan kami.

Menuju Pos 1, jalur masih enak dan masih banyak bonusnya hehehe. Tepat di hutan cemara, tempat ini yang cocok buat hunting dan rehat. Kurang lebih 40 menit perjalanan dari basecamp. Karena saat itu habis hujan, jalan sangat licin dan harus ekstra hati-hati. Menuju ke Pos 2, jalur mulai nanjak dan karena faktor licin akhirnya perjalanan kami sangat lama, hingga akhirnya kami sampai di Pos 2 hampir pukul 21:00. Beruntung malam itu agak bersahabat buat kami, sesekali bintang dan rembulan muncul saat itu.

Perjalanan kami malam itu akhirnya terhenti juga di Pos 2 naik sedikit. Ada tempat camp yang lumayan lebar, saat itu kami mendirikan tenda hampir pukul 22:00. Akhirnya kami rehat semalam, dan kami lanjutkan pagi harinya. 

Merapi yang nampak pada pagi harinya di Pos 2
Akhirnya kami sepakat setelah Sholat Subuh, kami lanjutkan perjalanan untuk summit. tidak berharap banyak untuk bisa mendapatkan sun rise, karena kami sadar jalur ini adalah bukan jalur sunrise, karena di sebelah timur kami banyak bukit yang menjulang yang tentunya menjadi penghalang untuk mendapatkan sunrise. Apalagi pagi itu awan pun kurang bersahabat. 

Menuju ke Pos 3, perjalanan kami dihadapkan dengan hutan lamtoro dan pohon perdu yang beraneka macam, yang rindang, sehingga lumayan sejuk pada siang hari. Hanya jalur ini menjadi lama, selain licin dengan trek yang panjang, tidak jarang para pendaki terpeleset jika tidak berhati-hati. Jadi saran buat para pendaki, sebaiknya menggunakan alas kaki yang aman. Kalaupun kemarau jalur ini juga sangat berdebu, dan menjadi kewajiban untuk selalu menggunakan masker. 

Ranting-ranting kering pohon lamtoro menjadi daya tarik tersendiri, selain menjadi bingkai foto juga rasanya Tuhan memberikan seni tersendiri dan semakin cantik. Berlatar belakang gunung Sindoro dan Gunung Sumbing seraya mata kami enggan untuk mengalihkan pemandangan ini. 

Gunung Sumbing & Gunung Sindoro (Dobel S)


Bingkai Foto Alam

Perjalanan kami untuk mencapai Pos 3 sangat lama, kami tiba di Pos 3 pada pukul 07:30 WIB, hampir 3 jam lebih kami menyusuri jalur ini. Pada Pos 3 ini terdapat mata air yang sangat bersih sehingga bisa dikonsumsi untuk perjalanan ke atas nantinya. 

Naik kurang lebih 100 meter dari Pos 3 ini ada tempat camp yang sangat bagus, selain tempat yang luas, juga tumbuh subur bunga Edelwis yang berjajar, sehingga kita bisa membangun tenda diantaranya. Semua bertujuan untuk menghindarkan dari badai atau sinar matahari. Lagipula untuk mengambil air juga tidak terlalu jauh.
Bunga Abadi Edelwis

Mata Air di Pos 3 

Dari sini kami menuju Sabana 1, yang menjadi incaran para pendaki. Jalurnya mulai melandai dan tidak sampai setengah jam kami sampai di Sabana 1. Huffttt.. Subhanallah, memang sabana di sini sangat luas, dengan rumput hijaunya yang terbentang, apalagi kalau beruntung dengan mendapatkan langit yang berwarna biru, tentunya akan menambah cantik viewnya. Namun kami tetap bersyukur dengan apa yang kami dapatkan saat itu. Pun kami sudah mendapatkan kesempatan buat naik Merbabu.

Sabana I Suwanting

The Milkywaynya Suwanting



Di sini kami bertemu dengan teman baru, beliau ada kak Achel dari Depok Jakarta, dan Kak Abdi, meski hanya sekedar say hello, namun akhirnya kami bisa berteman baik dan mengulanginya kembali pendakan bersama di beberapa gunung di Jawa. 

Kami lanjutkan ke Sabana II, hanya membutuhkan 20 menit untuk ke Sabana II, tidak jauh beda dengan Sabana I. Karena vegetasi yang sudah minim, hanya padang rumput yang menghijau sebatas mata kami memandang. Rasa kagum ini seakan tidak sirna begitu saja untuk mensyukuri pada apa yang telah diberikan kepada kami.

Menuju Sabana III adalah perjalanan tercepat kami, tidak ada lima menit kami sampai pada Sabana III. Disini kami bisa melihat lekuk-lekuk Merbabu dengan segala kemegahannya. Akhirnya dari sini kami menuju ke Puncak  Suwanting


Pada Puncak Suwanting, pandangan kami tertuju pada sabana di depan kami/ Selain itu kota Magelang, Ambarawa dan Semarang sekitarnya, sudah mulai nampak. Perjalanan kami lanjutkan ke Puncak terdekat yaitu Puncak Trianggulasi. Perjalanan kami tempuh kurang lebih setengah jam. Dalam perjalanan kami berpapasan dengan satu jalur yang belum resmi yaitu basecamp Grenden. 

Akhirnya kami sampai Puncak Trianggulasi pada pukul 10:00, suasana berkabut, sehingga kami tidak bisa melihat beberapa gunung di sekitar Merbabu. Kami sangat bersyukur perjalanan kami pertama kalinya diberikan kemudahan dan keselamatan hingga sampai puncak Merbabu/





Dari pendakian kami, akhirnya kami turun ke tenda dan hari itu hujan mulai mengguyur kami saat kami turun, akhirnya kami terpaksa harus singgah di dalam tenda agak lama sambil menunggu hujan reda. Kami mulai mengemas perlatan kami sudah menunjukkan pukul 16:00. Menuju Pos 1, akhirnya kami berjalan sangat hati-hati, terkadang harus berpijak di punuk-punuk bukit yang licin dan sekali-kali terpeleset juga akhirnya. Hujan rintik masih terus mengguyur pada saat itu, karena agak buru-buru saya terlebih dahulu sampai di hutan cemara. Sendiri saat itu, dan dari kejauhan saya mendengar tukang ojek bercakap-cakap. Namun ada beberapa hal yang aneh saat di tempat ini, saat berdiri ada 2 kali bahu plastik saya seperti ada yang mengelus-elus. Namun karena saya cuek aku berfikir itu adalah hembusan angin saat itu. Maklum juga saat di situ sudah waktu maghrib. 

Sayapun melanjutkan perjalanan ke basecamp dan menolak dengan sopan tawaran tukang ojek, pun tidak terlalu jauh jaraknya hanya setengah jam sampai di basecamp. Tidak terlalu lama akhirnya teman kami kak El Ahmed dan Kak Arief pun sampai di basecamp. Mereka bercerita pada saat di bawah hutan Pinus, kak Arif ditampar oleh mahluk halus saat setelah buang sampah di lokasi pembuangan sampah. Mereka akhirnya berlari menuju basecamp. Dan akhirnya pihak basecamp memang membenarkan tempat itu, memang hantunya suka usil, dan yang penting tetap jaga sopan santun saja kalau melewati tempat itu.

Terimakasih Suwanting dengan sedikit kisah misterimu

3 komentar

  1. bang kalo sama jalur selo lebih enak mana buat pemula nih hehehhe

    BalasHapus
    Balasan
    1. untuk view lbih banyak sabana yang di selo, namun di selo tidak ada mata air, jadi harus ekstra bawa air lebih banyak dari bawah

      Hapus
    2. JEJAK UMURKU semoga ada kesempatan buat naik bareng bang

      Hapus


EmoticonEmoticon