Selasa, 12 Februari 2019

Pendakian Sumbing Via Banaran Temanggung

Mendengar kata Banaran, pasti kita ingat dengan Kopi Banaran yang memiliki ras khas tersendiri, yang penulis tahu ada Kopi Banaran di Bawen dan Kopi Banaran di Temanggung. Nah.. kali ini penulis akan bercerita tentang perjalanan kami ke Gunung Sumbing via Banaran, Temanggung Jawa Tengah.


Gunung Sumbing adalah gunung yang sampai saat ini masih aktif dan masih mengeluarkan asap sulfatara dari kawahnya. Gunung berketinggian 3371 MDPL ini terletak di 3 kabupaten, yaitu, Kabupaten Magelang, Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo. Dari setiap kabupaten memiliki basecamp tersendiri untuk mencapai puncaknya. Selain itu, Gunung Sumbing juga berdampingan dengan gunung di sebelahnya yaitu Gunung Sindoro yang memiliki ketinggian 3150 MDPL,

Gunung Sumbing ini juga memiliki beberapa puncak, yaitu Puncak Rajawali, Puncak Buntu, Puncak Sejati dan Puncak ................

Nah perjalanan kami kali ini, adalah dalam rangka mengantar tamu dari Philipina si Edward Evaristo untuk pertama kalinya.


Perjalanan kami mulai saat kami menjemput Edward di Bandara Ahmad Yani yang lama, kemudian kami bertemu dengan teman dari Purwodadi kak El Ahmed dan karena sudah malam kami menginap di rumah teman kami kak Owi, yang lokasinya dekat sekali dengan Gunung Andong. Kemudian pagi harinya kami melanjutkan perjalanan kami ke Gunung Sumbing dengan motor kami, Basecamp Banaran, itu yang menjadi tujuan kami. Sesampai di alun-alun kota Temanggung kami bertanya tentang keberadaan basecamp tersebut, dan akhirnya pada pukul 11:00 WIB kami sampai di Basecamp Banaran.

Sekilas basecamp ini nampak sepi, mungkin karena faktor hari kerja waktu itu, jadi hari itu hanya 2 rombongan saja yang naik ke Sumbing. Akhirnya kami bertiga memulai perjalanan kami pada pukul 13:00 WIB. Dari basecamp disarankan untuk naik ojek yang jaraknya kurang lebih 2 km dari basecamp. Harga Rp. 20.000 waktu itu, 10 menit kami sampai di tempat pos tersebut yang menjadi start pendakian kami. Tau gak pembaca yang budiman, ternyata nama posnya adalah POS 0.

Bertemu dengan teman kak Owi di Grabag Magelang

Basecamp Banaran


Map perjalanan menuju Puncak Sumbing
Dari Pos 0 inilah pejalanan kami mulai dengan melintasi ladang penduduk, yang tumbuh subur dengan sayuran-sayurannya. Kurang lebih 1 jam, akhirnya kami sampai pos bayangan 1. Pos ini cukup komplit sarananya. Ada warung kopi, mushola dan toilet, eh ada ayunan juga waktu itu. Pemandangan juga bagus dan view masih bisa melihat sekitar dan bukit-bukit di gunung Sumbing.

Karena hari itu berkabut, kami melanjutkan perjalanan kami menuju pos 1. Perjalanan kami di temani kabut yang tebal sehingga jarak pandang kami hanya 100-200 meter. Jalan menanjak mulai kami tapaki, dari sini hutan lebat gunung Sumbing sudah mulai menyapa kami. Sesekali kami istirahat sejenak dan tetap dengan kabut yang semakin tebal.

Pos 1 mulai terlihat saat senja mulai menyapa. Di sini ada shelter untuk para pendaki berteduh, dan masak di dalam shelter. Cukup luas ukurannya 2 x 3 meter sehingga bisa buat selonjoran kaki dan meletakkan keril kita.

Pos Bayangan 1 yang cukup komplit

Kabut yang mulai menyapa

Sayangnya di Pos I kami tidak sempat mengambil gambar, karena memang faktor sudah mulai remang-remang dan berkabut. Perjalanan kami lanjutkan ke Pos 2, Kurang lebih 2 jam kami sampai di pos 2. Tidak jauh beda dengan pos 1, di sini juga ada shelter yang cukup luas juga, di sekelilingnya pohon-pohon besar berlumut tumbuh dengan gagahnya, sehingga sinar mataharipun terhalang oleh rimbunnya dedaunan. Kami istirahat sejenak dengan jajanan kami, minum secukupnya dan dokumentasi seperlunya. 

Perjalanan kami lanjutkan dan sempat bertemu dengan beberapa pendaki yang turun saat itu. Hujan gerimis mulai menyapa kami, hingga akhirnya kami memakai jas hujan plastik untuk melindungi basahnya air hujan. Dari sini kita mulai hati hati dengan jalan yang licin karena air hujan. Di jalur ini juga kita meniti tangga tak berjalan, huuuuu.. sedih rasanya kalau ketemu jalur seperti ini, tapi ya tetap semangat .....

Menuju pos 3 perjuangan kami sangat menguras tenaga, selain medan yang licin juga hari sudah mulai malam diiringi hujan yang semakin deras. Akhirnya kurang lebih 1,5 jam kami sampai di Pos 3 dan saat itu hari sudah maghrib. Berhenti di pos itu, karena hujan semakin deras, akhirnya kami bangun tenda di Pos 3. Kami berfikir karena pada saat itu, saya membawa tamu orang asing, dan saya tidak mau terjadi apa-apa, akhirnya kami membangun tenda di dalam shelter. Mengingat tidak banyak pendaki juga saat itu.

Dinner with Fried Rice


Gate away


Pos 2


Tangga tak berjalan

Menginap semalaman dan akhirnya kami putuskan untuk summit pukuk 03:30 dini hari, dan malam itu memang suasana hangat kami dapatkan, selain tenda dobel layer yang kami bangun di dalam shelter, sehingga tidak basah air hujan (dhorurot) dan anginnya pun tidak terlalu kencang. Perjalanan summit kami mulai usai makan beberapa bekal kami. Cerah saat itu hingga kami tetap memakai jaket dan kaos tangan. Saat keluar tenda dingin terasa sekitar 10-16 derajat celsius. 

Perjalanan kami mulai untuk menuju pos 4 yang katanya pemandangan malam hari sangat bagus jika dapat cuaca cerah. Masih licin dengan sisa hujan semalam, membuat kami harus ektra hati-hati dengan penerangan kami. 1 jam berlalu perjalanan kami berujung pada sebuah batu besar yang saat itu kami langsung terkejut, kemudia kami melihat peta kembali yang kami bawa. Benar, ini jalan yang kita lewati, karena kondisi masih dini hari dan hanya sebatas penerangan dari senter akhirnya kami mengira jalan ini buntu. Sempat mau turun tapi akhirnya teman kami mendapatkan rantai tergontai pada batu tersebut. Ohh ternyata ini yang dinamakan batu Ondorante. Tidak tinggi memang kurang lebih 2,5 meter, namun kanan kirinya adalah tebing yang siap mamakan kita jika tidak hati hati.

Alhamdulillah sesaat di atas batu itu kami istirahat dan sholat subuh. Sekilas batu ini kalau di atas seperti kapal titanic yang di pagari dan diberi rantai pengaman dan menjadi view untuk berfoto. Dari sini pos 4 tidak jauh lagi, hanya 10 menit kami sampai di pos 4. Sambil menunggu sun rise akhirnya kami singgah sesaat dan sarapanpun menggoda kami. Biscuit kami keluarkan untuk memberikan asupan usus kami yang sudah mulai kelaparan.

Sayangnya, pagi itu matahari tidak berpihak kepada kami, dan sun rise pun lewat begitu saja tanpa sepengetahuan kami. Akhirnya kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan kami menuju puncak.

Oh ya di pos 4 ini selain view sangat bagus ada mata air juga lohh, jadi tidak perlu khawatir untuk kehabisan bekal air.


Spot Pos 4 dengan background Merbabu, Merapi dan Ungaran

Akhirnya kami melanjutkan kembali perjalanan untuk mencapai puncak, di sini kami bertemu dengan beberapa teman yang summit. Ada spot unik di jalur ini, kalau saya bilang tanjakan penyesalan, selain panjang dan juga kemiringannya lumayan juga buat orang yang berfaktor U seperti saya. Viw V yang kami dapat juga bagus, kanan kiri tebing tinggi yang membentu huruf V, akan lebih bagus lagi jika cuaca cerah, yang akhirnya ketemu dengan bebatuan besar, mungkin dulu bekas letusan gunung Sumbing ratusan tahun yang lalu.

Di jalur ini kami juga menemukan jejak - jejak binatang mencari makan dengan menyibak rumput rumput liar, mungkin mencari cacing atau apa untuk mereka makan. Ujung dari tanjakan penyesalan ini adalah bertemu dengan Sabana yang menjadi daya tarik tersendiri sebelum sampai ke puncak. Sabana ini memanjang meniti ke arah puncaknya. Bertemu dengan jalur lain dari Kali Angkrik dan akhirnya mengerucut sampai kawah gunung Sumbing. Dari kawah ini ada papan petunjuk untuk menuju titik puncak yang ingin di daki. Akhirnya kami memilih ke Puncak Rajawali saat itu.

Tanjakan Penyesalan dengan view V 


Perjalanan kami ke Puncak Rajawali tetap sama, penuh dengan hati-hati, karena kabut yang tebal, meski tidak badai, tapi embunnya cukup membasahkan baju kami. Perjalanan kami juga bertemu dengan edelwis muda yang belum berbunga, semua dipenuhi embun yang sangat jernih. 

Karena haus akhirnya ku cicipi juga embunnya hehehehee... Ada buah Cantigi juga yang menawan kutemukan di sana, Karena masih muda jadi tidak kami petik, karena kalau sudah masak buah ini berwarna hitam dan berasa kecut dan ada manis-manisnya. Cukup untuk memicu air liur yang jekas hehehehe.

Puncak sampai, akhirnya kami bentangkan bendera kabangsaan kami , dan karena kami hanya bertida, akhirnya kami tidak bisa foto bersama - sama. Tapi tidak apalah, yang penting dokumentasi tetap ada, itu prinsip kami.

Embun di edelwis yang ranum



Cantigi yang berbuah lebat dengan jebakan lamat serangga




Bendera kami pun berkibar di sana, salam hangat diplomasi buat edward dan kami


Terimakasih Gunung Sumbing dengan sedikit ceritamu, yang nantinya akan menjadi satu kenangan buat anak cucu kami.
Comments


EmoticonEmoticon