Rabu, 14 Oktober 2020

Mendaki Gunung Muria Puncak Natas Angin


Mengunjungi kota Kudus yang paling khas di sana adalah Menara Kudus serta tempat ziarah untuk mengunjungi makam salah satu wali songo yakni Sunan Kudus, yang berlokasi di kaki Gunung Muria. Mendengar kata gunung Muria sendiri juga tidak asing saat melintas di kota kretek ini. Gunung yang tidak terlalu tinggi ini memiliki banyak puncak yang terlihat berjajar rapi. Akan tetapi puncak yang sering dikunjungi adalah Puncak songolikur (29), Puncak Argo Jembangan, Puncak Argo Piloso dan Puncak Abiyoso atau Puncak Natas Angin yang berada di Desa Rahtawu. Perjalanan menuju ke desa Rahtawu dihadapkan dengan jalan yang sudah beraspal meskipun ada beberapa yang berlobang namun tetap masih aman untuk naik kendaraan mobil ataupun dengan sepeda motor. Hanya pada malam hari harus exstra hati-hati karena medan jalan banyak tikungan-tikungan tajam dan ada yang berbatasan dengan tebing jurang, serta rawan juga tanah longsor jika saat musim hujan. 

Khususnya Puncak Natas Angin, ini menjadi tujuan saya kali ini. Terakhir saya ke Puncak Natas Angin 5 tahun yang lalu setelah bencana tanah longsor di Sempliro Rahtawu Kudus. Kali ini sudah terasa jauh berbeda dengan keadaan sebelumnya.

Basecamp atau tempat parkir.

Saat ini kondisi basecamp atau tempat parkir sudah tertata rapi serta ada beberapa gasebo yang disediakan untuk pengunjung beristirahat dan menikmati makan dari warung-warung yang tersaji di tempat parkir ini. Mushola juga sudah tersedia bagi mereka yang akan menunaikan sholat, di bawahnya terdapat sungai yang mengalir jernih dari mata air di kaki gunung Muria. Kita juga bisa bermain-main karena sungai sudah dibuat sedemikian rupa sehingga memberikan rasa aman terhadap pengunjung selama kondisi tidak sedang banjir hehehehehe. Selain itu juga sudah tersedia beberapa warung makan yang menjajakan makanan khas kudus seperti Nasi Pecel, Nasi sayur lodeh Gori, Soto dan beberapa camilan lain yang bisa dicicipi di sana.

Perjalanan Mendaki


Pintu Gerbang - Pos I (3 menit)

Pintu Gerbang masuk persis berada di pinggir jalan raya Gebog - Rahtawu belum ada perubahan dalam bentuk atau belum ada pemugaran. Menuju Pos I yang hanya beberapa langkah dari pintu gerbang kita disambut dengan perkebunan para petani di lereng Gunung Muria ini. Hanya kurang lebih 2 sampai 3 kita akan sampai di sebuah gasebo yang dibelakangnya kita bisa melihat air terjun yang cukup tinggi dan lokasi ini akan ramai pada hari-hari libur. 

Pos I - Pos II (30 menit)

Perjalanan ke Pos II kita akan menapaki jalanan yang sudah di cor sehingga memudahkan kaki kita untuk bergerak. Di kanan dan kiri jalan ada pohon Sengon Laut yang tumbuh cukup subur. Selain itu pohon Nangka yang tidak terlalu subur akan tetapi jika pada saat musimnya berbuah pohon ini sangat lebat di setiap dahannya. Sesekali kamipun mendapatkan buahnya yang jatuh karena sudah matang dan bisa kita mencicipinya hehehehe. Selanjutnya kita akan bertemu dengan jalan yang mulai dibuat zig zag yang bertujuan untuk meringankan para pendaki. Mendekati dengan Pos II jalur sudah tidak di cor dengan batuan khasnya yang berwarna kekuningan karena didasari dengan tanah berpadas. Di Pos II ini kita akan mendapati shelter yang cukup luas yang biasanya digunakan untuk berjualan pada saat ramai pendakian yang akan padat pada malam tahun baru baik Hijriah ataupun Masehi. Selain itu di Pos II ini kita bisa mengisi air untuk jika air kita sudah habis. 

Pos II - Pos III ( 20 menit)

Menuju ke Pos III ini kerap sekali kita akan menjumpai jalanan yang berbatu yang tidak tertata rapi. Kanan dan kiri masih merupakan ladang penduduk yang ditanami pohon Kopi dan beberapa tanaman lainnya yang tumbuh cukup subur. Jalur yang lebar dibuat berkelok inilah yang membuat jalan semakin nyaman meskipun perjalanan dilakukan dimalam hari. Di Pos III kita akan bertemu dengan warung makan penduduk yang setiap hari buka dari pukul 08:00 - 17:00 sore hari. Warung ini cukup lengkap dari minuman, makanan berat atau sekedar camilan juga tersaji di sini. Untuk harga tentunya lebih mahal dibanding dengan harga di basecamp. Di belakang warung jika pada saat musim hujan kita akan bisa melihat air terjun yang cukup tinggi. 

Pos III - Pos IV Mata Air ( 1,5 Jam)

Jarak ini menjadi terpanjang dari masing-masing pos yang ada. Ada kurang lebih 26-30 kelokan dari pos III. Jalanan yang terjal dan menanjak serta panjang membuat kita harus bersabar untuk menempuhnya. Pada malam hari kita mulai bisa menikmati kelap kelip lampu kota Kudus di sepanjang jalur ini. Pada siang hari kita juga bisa melihat gugusan bukit-bukit yang berbaris rapi dan puncak yang lain seperti Argo Piloso dan Argo Jembangan. Mendekati mata pos IV ada satu tanjakan yang cukup licin jika pada saat hujan dan beberapa diantaranya sudah terpasang tali untuk berpegangan karena di sebelahnya terdapat jurang yang cukup dalam. Tiba di Pos IV ini kita bisa istirahat dan membasuh muka dengan jernihnya air dari mata air Sendang Suci. Jika ingin mandipun juga cukup nyaman karena sudah ada penutupnya yang penting air sabun jangan di celupkan ke sendangnya ya gaeess. 

Pos IV - Puncak Abiyoso (15 menit)


Dari sini tidak terlalu lama lagi untuk sampai di Puncak Abiyoso. Perjalanan menuju kesana lebih banyak seperti meniti anak tangga yang sudah tertata rapi, meskipun tidak berbatu dan tidak begitu menanjak namun demi keamanan ada beberapa titik yang dipasang dengan tali untuk berpegangan. Kurang lebih 10 kali belokan kita akan sampai di puncak Abiyoso yang disambut dengan pintu gerbang yang bertuliskan Huruf Jawa. Di komplek ini terdapat pemakaman para leluhur yang banyak dikunjungi oleh orang-orang dari berbagai daerah. Ada warung-warung yang buka setiap harinya. Tersedia pula toilet yang cukup bersih yang bisa digunakan untuk pengunjung. Di belakang pemakaman ini biasanya para pendaki mendirikan tenda untuk bermalam.

Puncak Abiyoso - Puncak Banyangan (15 menit)

Biasanya para pendaki yang memilih mendirikan tenda di Puncak Abiyoso akan summit pada dini hari setelah sholat subuh. Diawali dengan jalan menurun dan bertemu dengan perkebunan pisang yang cukup subur. Setelah itu jalan menanjak hingga bertemu dengan pemakaman yang cukup rimbun dan teduh. Jalur untuk menuju Puncak Bayangan ditumbuhi perdu yang masih rimbun dan cukup nyaman untuk sebuah perjalanan. Di Puncak Bayangan ini kita bisa melihat jalur untuk menuju ke puncaknya yang hampir mirip dengan jalur Gunung Raung. Makanya terkadang ada orang yang menyebut Puncak Natas Angin adalah Raungnya Jawa Tengah.


Puncak Bayangan- Puncak Natas Angin (25 menit)

Kembali jalan menurun beberapa meter untuk menuju ke puncak. Dilanjutkan menyusuri jalan setapak yang berbatasan dengan bibir jurang yang sangat dalam vertikal. Cukup riskan pada saat naik atau turun dalam keadaan gelap. Beruntung saat ini jalur sudah ada yang diperbaharui sehingga ada beberapa titik yang dahulu benar-benar harus berjalan di bibir tebing sekarang dibuat mlipir untuk membuat aman bagi para pendaki. Mendkati puncak, jalur yang licinpun juga dibelokkan ke kiri sehingga tidak begitu menanjak meski lebih jauh. Tidak masalah yang penting kita selamat itu adalah yang utama. 

Di Puncak Natas Angin, saat ini sudah terpasang papanisasi, untuk mendirikan tenda sebaiknya jangan di pas puncaknya. Bisa sedikit ke arah utara yang lokasinya juga cukup lebar dan masih berhutan lebat dan cukup terlindung jika terjadi badai. 

View Puncak Natas Angin

Sebaiknya jika ingin naik Gunung Muria khususnya di Puncak Natas Angin, lebih baik dilakukan pada bulan-bulan yang sudah turun hujan. Selain pemandangan yang menghijau kita juga bisa menikmati hawa dinginna. Karena sesungguhnya gunung Muria ini pada musim kemarau tidak begitu dingin atau bahkan cenderung panas. Membawa air dari bawah cukup untuk bekal minum di perjalanan, karena mata air di Sendang Suci tetap ada meski di musim kemarau sekalipun. Estimasi perjalanan kurang lebih 3-4 jam, jika hanya ingin tek tok lebih baik berangkat pagi dari tempat menitipkan motor. Tetap menghormati dengan segala adat yang berlaku di gunung dan selalu bawa sampahmu turun.

Salam Literasi dan Salam Lestari Alamku


Comments


EmoticonEmoticon