Sabtu, 09 Oktober 2021

Pendakian Gunung Gede Pangrango Via Cibodas (Mie Instan Rasa Kari)


Hari ke dua selama kami menghabiskan liburan di Gunung Gede Pangrango, sudah terencana untuk summit pada pukul 03:30 dini hari. Namun wacana itu harus mundur hampir dua jam karena memang faktor capeknya pendakian tektok kemarin serta udara dingin yang memaksakan kami untuk betah-betah di dalam sleeping bag kami. Namun kekuatan niatlah yang membangunkan semangat kami untuk segera berkemas dan memulai menyiapkan segera keperluan untuk summit pagi ini. Namun sebelumnya tetap kami menunaikan sholat subuh terlebih dahulu dengan bertayamum di dalam tenda mengingat udara pagi itu sangat tidak bersahabat bagi kulit saya terutama karena cukup menusuk sampai ke tulang.

Uniknya persiapan pagi ini ketika menyiapkan segalanya ternyata logistik yang siap dimakan sudah menipis sehingga ala kadarnya yang kita bawa. Mengandalkan air mineral beberapa botol, mie instan, kopi, susu, kompor, gas dan beberapa camilan yang lain untuk kami berdelapan. Saya sendiri masih punya sisa madu satu sachet untuk mengurangi rasa haus di perjalanan nanti. Pukul 05:00 WIB kami berkumpul dan berdoa untuk yang terbaik dan diberikan kemudahan selama perjalanan. Sesaat kami mulai bergerak dengan sisa tenaga yang sudah terkuras kemarin. Meskipun hanya sedikit beban dalam pundak kami tetap saja langkah kami tidak secepat saat kita masih fit, hehehehheeee.....

Senter kami masih menyala saat kami sampai di pertigaan dan mulai belok kanan mengarah ke tujuan. Diawali jalan yang datar sedikit membuat lebih cepat langkah kami. Beberapa pohon yang tumbang juga membuat jalur ini menjadi daya tarik tersendiri untuk segera melintasi karena di sela-selanya pasti kami taruh pantat kami untuk beristirahat dan bercanda supaya menghilangkan rasa lelah, lapar dan haus kami. 

Setengah jam kami berjalan, senter kami sudah dimatikan karena mentari sudah mulai menerangi jalur-jalur pendakian. Lambat laun dingin dalam tubuh mulai sirna seiring sinar matahari yang menerobos lebatnya hutan di sepanjang jalur ke puncak Pangrango ini. Kicauan burung seakan menyambut kedatangan kami dan memberikan semangat tersendiri. Beberapa burung Jalak Gunung yang sesekali lewat dan menjadi petunjuk jalan buat kami mana jalur yang paling baik untuk dilaluinya.

Gunung Gede dari Pangrango

Mentari pagi ini memang suguh menawan yang terangkap melalui celah celah dedaunan serta semilir anginnya menambahkan sejuk suasana selama perjalanan kami. Jujur saja untuk menuju ke puncaknya jalan yang terkadang memang harus bergelayutan di antara akar-akar pohon yang kuat, namun terkadang harus mlipir di tepianya dengan sedikit basah tanahnya. Hutan di gunung Pangrango ini tidak beda jauh dengan gunung Gede bahkan cenderung lebih lebat. Perjalanan kamipun terasa sejuk karena hutan yang lebat ini. 

Sesekali kami berhenti untuk mengisi perut kami dengan berbagi super irit mengingat bekal yang kami bawa memang tak terlalu banyak. Beruntung madu yang saya miliki tetap menempel di mulut saya hingga rasa dahaga itu sedikut berkurang. 

Menuju puncak hampir tidak ada papanisasi yang mengarahkan, hanya berbekal mengikuti jejaklah kami menyusurinya hingga kami sampai pada dataran panjang yang hutannya semakin lebat dan pohon-pohon yang berumur tua meski begitu tetap rimbun dan terjaga kelestariannya. Beberapa menit kemudia sampailah kami di Tugu Gunung Pangrango pada pukul 08:00. Bersyukur kami sampai dengan selamat di puncaknya serta melihat puncak Gunung Gede yang cerah rasanya sesuatu banget dan hanya membayangkan coba saja kami kemarin mendapat view yang cerah seperti pasti akan berbeda lagi ceritanya hehehehehe.

Di puncak Gunung Pangrango kami bertemu pendaki lain yang lebih awal datangnya. Mereka sedang menikmati view dan menikmati kopi dan mie instan yang mereka buat. Mereka menawarkan kepada kami untuk menikmati hidangan tersebut. Tentu tanpa merasa malu kami menerima tawaran tersebut serta tanpa basa basi kami ikut menyruput kopi serta mie istan yang rasa kari..... KARI MAKAN maksudnya hehehehehe....ups.

Puncak Gunung Pangrango Berlatar Belakang Gunung Gede

Tim Mie Instan Rasa Kari

Tibalah sesi berfoto sebagai kenangan yang khususnya buat saya mungkin atau entah kapan akan terulang lagi, karena memang jaraklah yang membuat saya sendiri dengan kedua gunung ini. Di Puncak Pangrango ini sebenarnya minim view hanya Gunung Gede saja yang terlihat karena memang selebihya hutan belantara yang lebat. Beruntung buat kami di suguhi cuaca cerah sesuai ekspektasi, coba kalau berkabut pasti akan berbeda lagi ceritanya. Untuk mendirikan tenda juga lumayan banyak tempat yang nyaman namun ternyata para pendaki sangat jarang sekali mendirikan tenda di puncak ini. Rata-rata para pendaki lebih memilih turun ke ladang edelwisnya Mandalwangi. 

Ladang edelwis Mandalwangi hampir mirip dengan Surya Kencana hanya ini lebih kecil akan tetapi edelwis yang tumbuh subur membuat semakin cantik tempat ini. Gunung Salak terlihat di ujung saat kita menuruni menuju mata air yang super jernih di lokasi ini. Sehingga menjadi tempat camp yang pas untuk mendirikan tenda, selain pemandangan juga bagus, air bersihpun juga tersedia. Namun jangan di bawa pulang bunga edelwisnya ya teman-teman.

Kami cukup lama berada di sini namun waktu jugalah yang membatasi kami hingga kami memutuskan untuk turun ke Kandang Badak kembali. Pukul 10:00 kami mulai bergerak untuk menuju kandang Badak dengan sejuta kenangan yang tak akan pernah terlupakan. 

Lembah Mandalwangi

Pukul 12:00 kami sampai di Kandang Badak dan segera kami merebahkan badan kami untuk sesaat sebelum melaksanakan sholat duhur yang kami jamak dengan ashar. Usai mencemili bekal tersisa tiba saat buat kami masak-masak untuk makan siang kami. Menu siang ini adalah nasi putih, sarden, bakwan, tempe, telor dadar, sosis juga ada dan semua bekal memang kami habiskan untuk mengurangi beban kami saat pulang. Makan siang kami gelar dengan seadanya namun penuh dengan keakraban bersama kelakar-kelakar sisa perjalanan tadi.

Kamipun berkemas untuk segera packing sesuai anjuran dari basecamp. Pukul 15:00 kami mulai meninggalkan Kandang Badak dengan kenangan manis kami. Semoga suatu saat buat saya sendiri bisa kembali ke gunung ini doa saya dalam hati. Perlahan namun pasti kami menyusuri jalur pendakian dan ada beberapa pendaki yang kami temui sepanjang perjalanan kami turun. Sampai di Sumber Air Panas kami sempatkan istirahat sejenak untuk memulihkan stamina yang mulai menurun dan beberapa teman sudah terlebih dahulu meninggalkan kami. Sempat kami mecuci muka untuk menambah segar tentunya. 

Pukul 16:45 kami sampai di pertigaan yang mengarah ke Curug Cibeureum, di sana sudah ditunggu teman-teman yang lebih dulu sampai di lokasi sekalian mereka beristirahat. Kemudian kami berenam  menuju ke curug yang tidak terlalu jauh dari lokasi kami beristirahat. 10 menit kami sampai meski langkah kami agak tergesa karena takut ke sorean dengan melintasi jembatan yang super panjang tertata dengan rapinya. 

Sesampai di Curug Cibeureum aku hanya berdecak kagum dengan keindahan air terjun ini. Air terjun dengan air yang super jernih. Seketika aku mencari tempat yang datar untuk segera mencuci muka dan merasakan air nya yang cukup manis menurut saya seperti iklan salah satu air mineral. Bukan hanya satu air terjun akan tetapi ada dua air terjuan yang membuat lokasi ini menjadi tempat favorit untuk menghabiskan liburan meskipun memang harus di tempuh cukup jauh dari basecamp Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Namun saya rasa itu tidak akan merugi selama pemandanga cantik ini tetap terjaga ke asliannya dan tidak ada tangan-tangan jahil yang berusaha untuk mengeksplorasinya. 

Curug Cibeureum

Nuansa senja kali itu memang melekat sekali dengan rimbunnya hutan di sekitar air terjun, bergegaslah kami untuk mengambil langkah dimana teman masih menunggu dengan sabarnya. Sesampai di pertigaan kami lanjutkan perjalanan kami turun. Sesaat kami melintasi jembatan dimana tempat kami melaksanakan sholat subuh kemarin lusa. Gunung dibelakang nampak cerah sekali sehingga kami manfaatkan kesempatan tersebut untuk mengabadikan moment dan foto bersama untuk kenangan kebersamaan kami. Usai berswa foto langkah kembali kami ayunkan untuk menuju basecamp dan melewati telaga sunyi kembali hawa mistis ini begidik di punggungku. Aku mencoba menatap ke shelter yang dibangun di sekitar telaga sunyi. Sepi, gelap, angker dan cukup menakutkan senja itu. Tetapi saya berusaha untuk menguasai rasa takut itu dengan mulai menyalakan senterku yang mulai meredup setelah digunakan dua malam sebelumnya. 

Jembatan Unik Sebelum berpisah

Akhirnya kami sampai di basecamp pukul 20:00 malam hari. Es teh manis dan es susu manis yang menyegarkan tenggorokan ku. Tidak berlama-lama beberapa teman sudah mulai mengemas untuk segera beranjak pulang ke rumah masing-masing namun beberapa teman juga masih beristirahat di sana karena memang jaraknya lebih dekat. Pukul 21:00 saya dan mas Zikril berpamitan untuk lebih awal pulang. Namun sebelumnya saya sempatkan untuk beli cendera mata berupa stiker dan gantungan kunci untuk menjadi kenangan saya sendiri dan buat oleh-oleh anak-anak dan teman dekat. 

Terimakasih Gunung Gede dan Gunung Pangrango, semoga suatu saat nanti saya bisa kembali kesana dengan kesan yang berbeda lagi. Aamiin

Comments


EmoticonEmoticon